Peringatan: tujuan tulisan ini hanya untuk membagi opini, informasi dan membuka peluang diskusi di akhir pekan ini..:D
Isu perubahan iklim telah mendunia dan menjadi perhatian semua pihak, tidak hanya ilmuwan yang terlibat tetapi sekarang merambat juga ke dunia politik diseluruh dunia. Namun, apakah kita sadar bahwa sebenarnya isu yang umum kita dengar bahwa kita umat manusia lah yang menyebabkan perubahan iklim itu adalah omong kosong belaka?
Paling tidak, itulah yang diyakini oleh salah satu Ilmuwan asal Inggris, Piers Corbyn, pendiri Weather Action Centre yang pada intinya meyakini bahwa perubahan iklim tidak disebabkan oleh ulah manusia, tetapi Matahari. Bahkan dalam beberapa wawancara beliau dengan stasiun TV Eropa dipenghujung tahun 2009 lalu (terkait dengan musim dingin paling ekstrem sejak puluhan tahun belakangan di Eropa), Corbyn secara jelas menyebutkan bahwa teori perubahan iklim yang berkembang sekarang terutama di negara berkembang adalah fiksi dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah! Apakah ada kepentingan dibalik itu semua? Sampai sekarang masih menjadi perdebatan.
Secara sederhana, teori perubahan iklim yang dianut oleh ilmuwan dunia terbagi menjadi dua paham. Paham pertama adalah apa yang sering kita dengar selama ini, bahwa sebab utama perubahan iklim adalah karena terus meningkatnya kadar CO2 di atmosfer akibat berbagai kegiatan manusia. Intinya, paham ini mempercayai bahwa manusia lah yang paling bertanggung-jawab akan perubahan iklim.
Penganut paham ini adalah yang dominan sekarang, mulai dari ilmuwan, aktivis sampai politisi terlibat dan mempercayai dengan sepenuh hati teori ini. Akibatnya lahirlah berbagai konferensi, penelitian, dan bahkan sampai film yang bertujuan untuk menyebarkan teori ini ke seluruh lapisan masyarakat dunia.
Terlepas benar tidaknya teori ini, hikmah yang harus kita ambil adalah pola pikir seimbang terhadap lingkungan, bahwa kita harus peduli terhadap lingkungan, namun sebagai orang ber-ilmu dan ber-iman menjaga keseimbangan lingkungan sudah seharusnya kita lakukan, dengan ataupun tanpa isu perubahan iklim.
Paham selanjutnya adalah yang masih terus diperdebatkan hingga sekarang, namun sepertinya kurang terpublikasi secara global. Paham ini, seperti disebutkan di awal, meyakini bahwa bukan manusia yang mempengaruhi perubahan iklim, tetapi Matahari.
Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer tidaklah berpengaruh signifikan terhadap perubahan iklim seperti meningkatnya suhu udara, mencairnya es di kutub, dll. Analogi sederhananya adalah jika kita (maaf) buang air kecil di sungai, apakah kita lantas yakin bahwa air seni kita itu sebagai penyebab pencemaran di sungai, padahal kita tau bahwa yang namanya sungai itu terus mengalir?
Paham ini pada intinya meyakini bahwa Matahari adalah faktor yang paling mempengaruhi kondisi cuaca di bumi sehari-hari, dan perubahan iklim ini bisa diprediksi melalui metode yang disebut Corbyn sebagai Solar-Lunar-Action-Technique (SLAT), lebih jauh silahkan dilihat di situs berikut (http://www.weatheraction.com/ ), atau dalam bahasa sederhana adalah metode prediksi dengan memantau kondisi Matahari.
Lebih jauh lagi, Corbyn meyakini bahwa ada kepentingan besar dibalik menyebarnya propaganda sesat bahwa manusia lah yang paling bertanggung jawab terhadap perubahan iklim. Salah satu isu yang diangkat dalam beberapa debatnya (bisa diakses di youtube) adalah kepentingan ekonomi negara-negara maju yang sebagian besar industrinya berkaitan dengan isu perubahan iklim.
Sebut saja proyek energi alternatif misalnya, sumberdaya atau bahan pokok proyek energy ini tidak mereka (negara maju) miliki, tetapi sumberdaya itu ada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Mungkin saja, ada kesan untuk menakut-nakuti masyarakat negara berkembang sehingga rela bekerja sama dan membagi sumberdaya untuk kepentingan yang katanya “menyelamatkan dunia”. Entahlah, ini hanya opini pribadi.
Hal yang cukup menarik lainnya adalah ketika buruknya musim dingin di Amerika dan Eropa tahun 2009 lalu ternyata sudah lama diprediksi oleh Corbyn berdasarkan metode SLAT-nya, dan itu terbukti. Bukti-bukti ilmiah lainnya juga menjelaskan bagaimana tidak signifikan nya pengaruh CO2 terhadap kenaikan suhu Bumi, seperti analogi sederhana yang telah disampaikan sebelumnya.
Salau satu paper yang ditulis oleh Leonard Weinstein (dapat dilihat di situs http://www.globalwarminghoax.com), seorang peneliti di NASA Langley Research Center menyebutkan bahwa manusia hanya berkontribusi kurang dari 0,3°C dalam kenaikan suhu Bumi dan diprediksi hanya akan berkontribusi juga kurang dari 0,4°C hingga tahun 2100 nanti. Lalu apa yang paling berkontribusi terhadap kenaikan suhu Bumi? Jawaban mereka adalah Matahari.
Akhirnya, saya berpendapat bahwa kita sudah selayaknya untuk berfikir kritis untuk terus belajar dan mencari tau mana yang benar berdasarkan bidang ilmu kita masing-masing. Salah satu rekan mengatakan bahwa kedua paham ini benar adanya, karena berlandaskan prinsip akademis namun dengan sudut pandang dan basis keilmuan berbeda, satunya lebih ke Meteology (paham pertama), lainnya terpengaruh oleh prinsip-prinsip Astonomi (paham kedua). Bagaimanapun, hal yang paling penting sepertinya adalah bagaimana kita merubah pola hidup kita untuk lebih ramah lingkungan.
Mengomentari paham kedua, pendapat pribadi penulis adalah perubahan iklim ini adalah kuasa Allah swt. Sebagai orang yang ber-ilmu dan ber-iman, kita sepertinya tersentak untuk lebih mempercayai bahwa memang benar kita telah merusak lingkungan sehingga bencana dimana-mana (QS Ar Rum : 41-42), dan menanggapi peran Matahari yang paling berpengaruh terhadap perubahan iklim, lalu pertanyaan selanjutnya muncul, siapa yang menciptakan Matahari? Siapa yang berkuasa atas Matahari? Wallahualam..
penulis artikel ini adalah mahasiswa aceh yg kuliah di jerman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar