Sabtu, 14 Mei 2011

reformasi mei 1998

13 tahun lalu, empat mahasiswa gugur diterjang peluru panas. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie. Keempatnya adalah mahasiswa Universitas Trisakti yang menjadi martir di awal gerakan reformasi 1998. Pembunuhan terhadap empat mahasiswa Trisakti itu ternyata tak menyurutkan perlawanan mahasiswa dan berbagai kelompok pro-demokrasi yang sudah lelah dengan rezim yang otoriter dan korup. Mereka ingin perubahan secepatnya.
Gelombang reformasi yang terjadi pada bulan Mei itu dengan cepat menjalar ke berbagai kota di Indonesia. Mereka meneriakkan slogan yang sama: bersihkan Indonesia dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme. Di jalanan harapan itu tumbuh dan berkembang. Harapan yang pernah mekar tentang Indonesia masa depan yang lebih baik.
Presiden Soeharto akhirnya memang menyerah. Ia mundur. Reformasi menang, setelah jalanan dipenuhi demonstran. Juga beberapa pusat pertokoan yang habis terbakar dengan puluhan, mungkin ratusan korban jiwa tak bernama yang ikut terbakar di dalamnya.
Rezim baru dibentuk. Dimulai dari Habibie yang meneruskan estafet kepemimpinan Soeharto. Lantas berpindah tangan ke Gus Dur, Megawati, dan kini dipegang Soesilo Bambang Yudoyono yang sudah memasuki masa kekuasaannya untuk periode kedua.
Reformasi mengubah tatanan politik secara cukup radikal. Dari politik yang tersentralisasi, pusat-pusat kekuasaan kini menyebar hingga ke tingkat kabupaten/kota. Dari DPR yang tunduk patuh kepada kekuasaan presiden berubah menjadi DPR yang sangat otonom dari eksekutif. Bahkan dalam beberapa kasus, cukup kelihatan betapa kekuasaan DPR terasa sangat dominan yang membuat pejabat pemerintah, termasuk presiden, harus ekstra hati-hati dalam membuat kebijakan. Amandemen UUD 1945 telah memungkinkan semua perubahan itu terjadi.
Semua memang bisa terjadi berkat reformasi. Juga suasana keterbukaan dan kebebasan yang kita nikmati bersama sekarang ini. Ini harus kita syukuri.
Tapi kembali ke semangat awal reformasi, apakah kita sudah berhasil mengikis habis KKN?
Tigabelas tahun berlalu. Barangkali ada baiknya kita bertanya kepada warga yang kini masih berjuang mempertahankan hidup di jalan-jalan, menjadi pedagang kaki lima. Atau bertanya kepada para petani di desa dan di gunung. Juga kepada kaum buruh di pelabuhan Apakah kaum pinggiran itu sudah merasakan berkah reformasi sebagaimana mereka yang duduk di pemerintahan dan DPR?
Empat martir mahasiswa Trisakti tak boleh menjadi korban sia-sia. Indonesia yang lebih baik harus tetap kita perjuangkan. Kolusi, korupsi, nepotisme ternyata belum tuntas diikikis. Bupati, walikota, gubernur, bekas menteri, hingga anggota DPR banyak yang sudah dikirim ke penjara. Semua menjadi pertanda, reformasi harus dilanjutkan.
Bukan sekadar perubahan kekuasaan yang kita inginkan. Bukan gedung DPR megah yang kita impikan. Bukan citra presiden penuh polesan yang kita dambakan. Indonesia yang bersih, menghargai kemajemukan, dan demokratis, itulah cita-cita kita bersama.


Gerakan rakyat tahun 1998 tak akan berhasil menggulingkan Suharto tanpa peran mahasiswa dan aktivis. Empat mahasiswa Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Hertanto, dan Hendriawan Sie, gugur pada Tragedi 12 Mei 1998.

Siapa saja aktivis 1998, dan apa yang mereka lakukan kini? Inilah mereka, di antaranya:

Pius Lustrilanang
1998: Aktivis LSM yang diculik pada 4 Februari 1998. April 1998, Pius menjadi orang pertama yang berani menceritakan tentang penculikannya. Pengakuan ini menyebabkan dia harus mengungsi ke Belanda demi keamanan. Belakangan diketahui penculikan dilakukan oleh Komando Pasukan Khusus yang dipimpin Prabowo Subianto. (Tempo)

Sekarang: Politikus Partai yang dipimpin Prabowo, Gerindra. Anggota DPR periode 2009-2014 ini terancam dipecat dari partainya karena mendukung pembangunan gedung baru DPR. (sumber)


Heru Cokro
Dulu: Koordinator lapangan dalam pendudukan Gedung DPR/MPR pada Mei 1998.

Kini: Pengusaha di bidang konsultasi manajemen, anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).


Rama Pratama
1998: Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia 1997-1998.

Kini: Politikus Partai Keadilan Sejahtera. Disebut-sebut oleh terpidana korupsi Abdul Hadi Jamal dalam sidang suap proyek dermaga di Indonesia Timur. (Tempo)


Munir Said Thalib
1998: Pemimpin Komite untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan. Munir membela para aktivis yang diculik, salah satunya adalah Pius Lustrilanang. (Tempo)

Kini: Diracun di udara dalam penerbangan menuju Belanda, 7 September 2004. Dalang pembunuhnya masih gelap.


Andi Arief 
1998: Ketua Senat Mahasiswa Fisip UGM 1993-1998, juga menjadi Ketua Umum Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi Cabang Yogyakarta tahun 1996. Aktivitasnya ini menyebabkan dia diculik oleh Komando Pasukan Khusus yang dipimpin Prabowo Subianto. (Tempo)

Kini: Staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana.


Taufik Basari
1998: Aktivis dan mahasiswa fakultas hukum Universitas Indonesia.

Kini: Pengacara kasus-kasus pelanggaran HAM. Tim pengacara Bibit dan Chandra, koordinator tim advokasi lumpur lapindo.



sumber yahoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

follow me

ip detected

IP

Pengikut

Tukeran Link Yuk ^_^

sms gratis

buku tamu

Template courtesy of Welcome To Ubuntu. Want this Blogger template? Get it here!

Ubuntu LogoGet Ubuntu
Ubuntu LogoUbuntu Forums
Foxkeh banners for Firefox 2
Get Thunderbird!
OpenOffice.org Logo